Jumat, 05 Oktober 2007

Hanya selembar kain.... benarkah?

Malam itu di kampus, Ruang 13, Mata kuliah Pendidikan Agama Islam................
Aku yang kebetulan duduk di bangku terdepan, melihat sesosok gadis berdiri di pintu masuk sambil melambaikan tangannya padaku. Aku berusaha meyakinkan diri... apa benar gadis yang wajahnya kukenal dan kutemui setiap hari dengan jilbabnya itu, yang kini berdiri di sana.
Tapi sosoknya kini berbeda. Dengan hem merah lengan pendek bermotif bunga2, plus rambutnya yang terurai bebas, tanpa jilbab!
Kubalik lambaikan tangan, menyuruhnya masuk kelas, (karna memang di mata kuliah itu, dia tidak sekelas denganku)
Saat dia sudah duduk di sampingku....
Aku : "Jilbabmu mana sayang..., kecantol di mana?"
Dia : "Halah... orang gak mau kuliah....cuma mo ngumpulin tugas aja, ngapain pake jilbab.. "
Aku : speechless.......... !$#!%$#!#$!%$!%#$%#$%!$#!%#$!%#$%
==============
Bervariasi.... pendapat dan anggapan orang tentang apa itu "jilbab". Ada yang menganggapnya tak lebih dari selembar kain pelindung dari panas, penutup kepala bagi mereka2 yang males cuci plus sisir rambut, alat untuk mempercantik penampilan & pelengkap trend mode, senjata memikat lelaki baik2... dan masih banyak alasan2 nyleneh lainnya yang terkadang terpingkal2 ku dibuatnya.
Namun juga tak sedikit.... mereka yang benar - benar memposisikan jilbab lebih pada rasa malu dan kewajiban menjaga diri.
Jilbab yang kukenal dan mulai menjadi "mahkota" kebanggaan semenjak aku memasuki dunia baruku di SMK dulu, cukup menorehkan sejarah yang penuh makna bagiku.
Keputusan yang singkat... bahkan teramat singkat, di saat hatiku mantab untuk berjilbab saat itu. Tak ada motivator.... tak ada sesuatu yang ingin kuraih & menjadi alasan.... keinginan itu tiba2 membuncah begitu saja dari dalam hati. Pro kontra yang kutakutkan pun benar - benar terjadi. Dan yang membuatku sedikit melemah, justru itu datang dari kedua orang tuaku sendiri.
Bapak... yang paling kokoh melarang (menghimbau), agar berjilbabku ditunda dulu. Selain beliau takut aku yang belum benar2 siap, alasan masa depan juga, menurut beliau....
Hati ini sempat berperang hebat...... tapi kusadari... bagaimanapun bertentangannya jalan fikiranku dengan bapak.... dia selalu ingin memberikan yang terbaik untukku, untuk masa depanku.
Aku yang keras kepala, tetap membulatkan tekad.. menjadikan "mahkota" itu menemani hari2ku. Kedua orangtuaku pun... mau tak mau mengiyakan keinginan itu, tapi selalu saja ada pertengkaran2 kecil, jika sesuatu muncul karena keputusanku.
Aku yang saat itu memang belum punya stok baju panjang (baju muslim) cukup banyak, sering meminta agar barang - barang yang sekiranya tidak begitu perlu untuk dikirimkan padaku yang sedang dalam perantauan, diganti saja dengan baju2 panjang dan jilbab. Tapi jawaban dari mereka, "Makanya....kalo belum siap jangan nekat.......". selalu mengungkit2 hal yang sama.
Fiuuuhhh....... daripada suasana memanas, ya sudahlah... kupilih tuk memakai baju yang ada semaksimal mungkin. Satu baju dipakai lebih dari dua kali sambil berusaha nabung, buat beli baju sendiri. Tapi kasih sayang orang tua, tetap tak bisa membohongi siapapun! Lambat laun, saat mereka berkunjung , sesekali baju panjang plus jilbabnya dioleh2kan untukku. Pun tak jarang, mereka mengajakku berbelanja langsung dan membebaskanku memilih mana yang kusuka.
Oh, Mom...Dad..... bagaimanapun kerasnya kalian.... aku yakin...rasa sayang itu tak kan pernah berkurang! Mungkin semua memang butuh waktu dan proses, dan alhamdulillah keduanya mulai bisa menerima keputusanku.

Begitu banyak kenikmatan dan keindahan yang kurasakan, semenjak "mahkota" ini menempel di sini. Kenyamanan & rasa aman yang gak pernah bisa aku rasakan sebelumnya, kini selalu menyertaiku kapanpun dan di manapun. Semakin jarang mulut2 usil & kurang kerjaan yang menggoda, dan yang terpenting... tingkah laku dan tutur kataku mau gak mau jadi ikut tertata. Yah....walau sampe sekarang masih sering & lumayan "biyayakan" juga, tapi usaha tuk berbenah diri semakin baik, terus ada dalam diri ini. Semoga......amin.....
Belakangan.... aku mulai sadar. Jilbab bagiku saat ini... lebih sebagai kebutuhan, bukan kewajiban! Aku membutuhkan selembar kain itu... tuk senantiasa bercermin jika akhlakku sudah mulai nyleneh. Aku butuh dia..sebagai penjagaku dari pandangan dan godaan siapapun yang tak berhak atasku. Ingat... segala sesuatu itu bisa terjadi jika ada kesempatan dan peluang lho... jadi jangan selalu salahkan mereka yang meremehkan & merendahkan wanita, jika ternyata memang wanitanya yang tak mampu menjaga baik2 apa yang dia miliki.

Aku juga semakin paham... bahwa keputusan seperti ini, harus diambil dari kesadaran diri masing2. Tidak bisa dan tak boleh dipaksakan! Sempat terbersit keinginan, "selembar kain" ini, juga menjadi mahkota ibu dan adekku yang memang belum berjilbab. Dulu mungkin aku lebih terkesan memaksa, dan aku yakin..itu bukan jalan terbaik, hasilnya pun..belum tentu bisa maksimal. Yang bisa kulakukan hanya berusaha dan terus menerus menghimbau, dan keputusan.... kukembalikan kembali pada mereka. Biarlah... panggilan itu datangnya dari hati... bukan dari siapapun. Biar lebih mantab dan ikhlas jalaninnya.

Yang jelas... jilbab itu kini... tak bisa diukur dengan materi ataupun nilai....... priceless!!!
sekalipun hanya selembar kain...keberadaannya turut menghiasi dan memotivasi semangat ibadah dan beramalku sehari2.....
Finally.....
Semoga hati kita semua selalu tersirami dengan hidayah dan petunjuk jalan yang lurus dari - Nya.....
Dan semoga aku yang belum bisa berjilbab dengan sempurna ini... bisa terus memperbaiki diri lagi..... saling mengingatkan yah.......

3 komentar:

Anonim mengatakan...

I think this is a very good article I ever saw. Several great messages were published here to make others to be self-conscious, especially to hawa's ethnic group. Thank you.

Anonim mengatakan...

hihihih,,
ternyata sama,,dulu aku sempet ga boleh berjilbab sama ibu coz masih biayayakan gest,, :D
aku manut, begitu aku ngomong lagi udah dibolehin tapi harus tanggung jawab sama keputusan itu ;)

Sugesti "mbemz" Nuraini Putranti mengatakan...

Iya ya..mbak... nek dipikir2... kputusan orangtua itu selalu yang terbaek buat kita.
Ada kalanya kita gak bisa terima karna gak sesuai ma hati... tpi klo mo ditelaah lgi... itu buat kebaikan kita juga... ^_^
Moga tetep istiqomah terus ya mbak...