Senin, 21 April 2008

Tenangku saat...

Pernahkah kau merasakan sebuah "ketenangan" yang menakjubkan? Saat alam dan waktu begitu bersahabat denganmu... saat semua terkontrol & mengalir seperti yang kau mau....
Percaya atau tidak, kau akan sangat menikmati saat - saat itu.

Kemaren malam, aku merasakannya. Ya.. ketenangan yang hadir tiba - tiba dan mungkin selama ini memang begitu aku rindukan.
Bersama "Ega", kuda jantan bermesin yang sudah setahun ini menemaniku, kukencani aspal dan jalanan malam. Daerah kampus yang selalu ramai dan hiruk pikuk di malam minggu itu, sama sekali tak mengusik konsentrasiku untuk terus melaju kencang, mencari celah, lalu tanpa ragu mendahului motor - motor lain yang mayoritas pengemudinya berpasangan. Habis mereka melaju sungguh pelan. Pelan sekali. Mungkin memang sengaja, karna ingin semakin menikmati rangkulan tangan dari yang "bonceng" di belakang.
Ah.. bukan ruang dan waktu yang kuinginkan untuk membahas mereka.

Malam minggu itu, benar - benar kulewati berdua saja dengannya. Percaya atau tidak, suasana sekeliling yang bising, bisa begitu kunikmati dan malah kutemukan ketenangan di dalamnya.
"Kesepian dia keramaian?" Ouw, i don't think so! Karna aku tipikal orang yang alergi dan kurang suka tempat - tempat ramai. Namun entah kenapa, malam itu begitu tenang bersamanya. Bersama "Ega" pacarku.

Aku punya kebiasaan buruk. Sebetulnya asyik bagiku & sangat kunikmati, tapi kupaksakan hati tuk bilang itu buruk. Merugikan orang kah? Ummm... sepertinya tidak juga. Tapi kalo merugikan diri sendiri, sudah pasti.
Aku gemar sekali ngebut saat berkendara. Tak peduli suasana hati kalut maupun normal, ngebut bagiku layaknya tuntutan dan kewajiban saat "Ega" sudah ada di sampingku.
Malam itu pula, kembali kutemukan sebuah ketenangan justru dari hasil perpaduan antara konsentrasi dan bisingnya keadaan. Mungkin aku kecanduan...
Karna saat kau merasakan tubuhmu melayang menantang angin pada kecepatan di atas 80km/jam, di situlah aku temukan ketenangan. Ketenangan yang hakiki, mutlak, bebas... entah bagaimana lagi aku harus menggambarkannya.
Dan dalam waktu sekejap, ketenangan itu bisa hancur, saat kau harus menginjak rem dengan sigap hingga muncul bunyi "berdecit" yang memekakkan telinga, karna seekor kucing putih melenggang santai dengan wajah tanpa dosa menyebrangi jalanan aspal.

Aku tahu, pasti banyak orang yang jantungnya kubuat bekerja lebih giat, saat hobi ngawurku itu kupraktekkan. Dan kalo dipikir-pikir, aku sendiri juga paling mangkel, kalo ada pengendara lain yang super ngawur, lebih - lebih yang tidak punya etika berkendara.
Aku memang suka "ngawur", tapi setidaknya aku masih tahu tempat dan kondisi. Gak mungkin aku "terbang di atas angin", saat sekelilingku sedang macet. Cari benjut namanya! (Benjut karna mungkin akan membuka peluang orang - orang sekitar untuk melemparimu dengan sepatu, sandal, helm, atau barang2 lainnya.)

Hobi seharusnya bisa jadi sesuatu yang bermanfaat dan mendatangkan hal positif bagi subyeknya. Tapi, sudah kuniatkan ini hanya akan jadi hobi "undergroundku" saja. Karna aku tak yakin, bunda akan mengijinkanku terjun di ajang roadrace dan sejenisnya.. :P


* dedicated 4 my luvly Ega, "Maaf jarang merawatmu dengan baik. Sering telat ngasih makan apalagi cuci badan. Dan terimakasih dah menyayangiku dengan sepenuh hati. Jalanan masih menanti kita.... :) "

Selasa, 08 April 2008

--Wuyung--

Loroning loro.... ora koyo wong kang nandang wuyung....
mangan ra doyan... ra jenak dolan... neng omah bingung....

Mung kudhu weruh... woting ati duh kusumo ayu...
Apa ra trenyuh.. sawangen iki awakku sing kuru...

Klapa muda leganana nggonku nandang branta..
Witing pari dimen mari....
nggonku loro ati.. aduh nyowo....

Duh..duh... kusumo....
po ra krasa apa pancen tego...
Mbok mbalung janur
Paring usada mring kang nandang wuyung....



--- Download Wuyung-Didi Kempot ---

Kamis, 03 April 2008

Elegi kemarin sore....

" Seberapa mudahkah kau meyakini, bahwa yang kau rasakan itu cinta.... ? "

Hingga kini, terlalu sulit bagiku untuk bisa menerima atau melontarkan "kata" yang menurutku sakral itu.
Seiring berjalannya usia yang mendewasa, tlah banyak pula roman dan kisah yang kulihat dan temui, bahkan beberapa tak sengaja mampir. Namun nyaris tak bisa kutemui & kuingat, bibir yang dianugerahkan Tuhan untukku ini, melisankan "kata" itu.
Mungkin lebih tepatnya, memang tak pernah.........

Pernahkah aku jatuh cinta?
Entah...
Sekali lagi, terlalu sulit untuk menerjemahkan rasa itu... yang kurasakan sendiri sekalipun! Berbagai macam karakter yang ikut mengisi hari - hari ku hingga kini, tak cukup membuatku belajar, bagaimana mengekspresikan apa yang aku rasakan. Karna memang aku tak tahu.. atau tak mau tahu? Sekali lagi entah......

Satu.. dua... tiga.. dan sekian... terhitung pernah mencoba menawarkan "makna" itu. Dan aku? Selalu dan selalu... dihadapkan pada kondisi serba salah... gak enak.... khawatir... kalau - kalau akhir indah yang diharapkan, justru berganti menjadi mimpi buruk nan suram.
Ketakutanku beberapa kali terbukti. "Kata" itu yang membuatku tak mengenal lagi kawan, "kata" itu yang membuatku menjadi orang lain di tengah sahabat - sahabatku sendiri, "kata" itu pula yang begitu mudah merubah sosok usil dan periang, menjadi seorang yang kaku dan begitu menjaga image dirinya.
Ah... pernah aku begitu membenci "kata" itu dan segala yang berhubungan dengannya. Termasuk siapapun yang berani - berani mencoba, "memainkan"-nya denganku.

Jika suatu hari kau mendengar "kata" itu terlontar untukmu dari sebuah hati, yang pemiliknya terhitung baru saja mengenalmu.... Lebih - lebih jika dia hanya mengharapkanmu untuk sebuah "perjalanan" yang tak pasti dan tak berkomitmen....
Kira - kira apa yang ada dalam bayanganmu?
Dan salahkah jika aku.....dia..... atau siapapun akhirnya berfikir,
"Sebegitu mudahkah?"
"Apa parameternya?"
"Seberapa yakin dan siapkah?"

Sisi kejam dan sadis jiwaku pun, jika tak kuhalangi, bisa saja berfikir, "Dasar tukang obral!"


Terlalu suci... sungguh terlalu agung..... jika fitrah manusia yang telah dianugrahkan Allah itu, menjadi sesuatu yang begitu mudahnya mengalir, hingga akhirnya menjadi tak berharga dan bermakna lagi.
Bukankah lebih indah, jika sesuatu yang suci tadi, diimplementasikan pada objek yang juga memang indah dan pantas!
Siapakah dia?
Tentunya insan yang untuk menemui & mendapatkannya, kau harus melalui semedi panjang dalam doa, perjuangan, dan kesabaran....