Rabu, 30 Desember 2009

Selamat Jalan Kawan

Detik jarum jam menyadarkanku akan malam yang terus merayap larut. Sunyi dan dingin, gagal mengusikku dari ketermenungan dan lamunan panjang. Ada gundah, yang membuat mata ini terus ingin terjaga. Sebuah duka yang turut membekas begitu dalam demi kisah seorang kawan.....

Sore tadi, kabar itu sampai di telinga ini. Hidup memanglah sebuah misteri Illahi. Setiap jiwa, tak kan pernah tahu kapan ‘pemiliknya’ berniat untuk memperpanjang kontrak hidup, atau memutuskan untuk mengakhirinya saat itu juga. Tiba – tiba. Mungkin itu yang membuat rasa sakit dan sulit menerima ini jadi begitu berlebih. Memang tak seharusnya dan sepantasnya, sesosok manusia yang merupakan lakon dari Sang Sutradara Hidup berkata “Kenapa” atau “Mengapa” atas semua yang telah menjadi kehendak-Nya. Namun kisah ini, kembali ajarkanku tentang betapa lemahnya hati makhluk Allah yang bernama manusia. Yang masih begitu sering mengkufuri nikmat, angkuh terhadap puja dan puji dunia, merasa lebih dari yang lain, dan kesombongan – kesombongan lain karena merasa dirinya merupakan makhluk yang paling mulia. Hingga nyatanya, merekapun tetap menangis dan berkubang dalam sedih saat harus kehilangan....

Kisah ini kembali membuka mata hatiku, bahwa tak ada yang berhak memproklamirkan apapun dan siapapun yang ia sayangi adalah miliknya. Harta, kuasa, keluarga, bukankah semuanya pun hanya singgah sementara? Harta bisa saja lenyap dalam seketika karna keserakahan. Kuasa pun bisa kapan saja luntur karna kedzoliman. Dan keluarga terkasih pun, bisa pergi begitu saja karna takdir-Nya.
Sungguh, tak ada yang abadi. Dialah pemilik mutlak segala apa yang ada di semesta ini.

alladziina idzaa ashobathum musibatun qoolu innalillahi wa innailaihi roojiuun....
Semua telah terekam jelas di Lauhul Mahfudz. Hari, jam, menit, detiknya. Dan tak ada kuasa sesuatu apapun yang mampu melawannya. Terus meratap dan menyesali yang tlah berlalu, tak akan mengembalikan “ia” yang pergi. Jalan terbaik adalah sabar dan mengikhlaskan, karna Sang Khaliq selalu memiliki rencana terindah dan terbaik.

Selamat jalan kawan... semoga Allah mengampuni segala dosa dan menerima semua amalmu semasa di dunia... Ikhlaskan semua yang kau cinta, titipkan pada-Nya. Karna Dia lah sebaik – baik penjaga.

*Tuk seorang sahabat, ikhlas dan bersabarlah tuk terus melangkah. Bumi akan terus berputar, dan hari pun tak kan berhenti di sini. Jangan berlarut dalam sedih. Percayalah bahwa Allah telah menyiapkan yang terbaik dan akan selalu melimpahkan cinta-Nya bagi hamba yang bersabar. Jangan pernah takut dan ragu, karna kau tak sendiri saudariku..... Kami pun sangat menyayangimu.......



Dari Mush’ab bin Sa’id -seorang tabi’in- dari ayahnya, ia berkata,

يَا رَسُولَ اللَّهِ أَىُّ النَّاسِ أَشَدُّ بَلاَءً
Wahai Rasulullah, manusia manakah yang paling berat ujiannya?” Beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam menjawab,

« الأَنْبِيَاءُ ثُمَّ الأَمْثَلُ فَالأَمْثَلُ فَيُبْتَلَى الرَّجُلُ عَلَى حَسَبِ دِينِهِ فَإِنْ كَانَ دِينُهُ صُلْبًا اشْتَدَّ بَلاَؤُهُ وَإِنْ كَانَ فِى دِينِهِ رِقَّةٌ ابْتُلِىَ عَلَى حَسَبِ دِينِهِ فَمَا يَبْرَحُ الْبَلاَءُ بِالْعَبْدِ حَتَّى يَتْرُكَهُ يَمْشِى عَلَى الأَرْضِ مَا عَلَيْهِ خَطِيئَةٌ »
Para Nabi, kemudian yang semisalnya dan semisalnya lagi. Seseorang akan diuji sesuai dengan kondisi agamanya. Apabila agamanya begitu kuat (kokoh), maka semakin berat pula ujiannya. Apabila agamanya lemah, maka ia akan diuji sesuai dengan kualitas agamanya. Seorang hamba senantiasa akan mendapatkan cobaan hingga dia berjalan di muka bumi dalam keadaan bersih dari dosa.



إِنَّمَا يُوَفَّى الصَّابِرُونَ أَجْرَهُمْ بِغَيْرِ حِسَابٍ
Sesungguhnya orang-orang yang bersabar, ganjaran bagi mereka adalah tanpa hisab (tak terhingga).” (QS. Az Zumar: 10).

Senin, 07 Desember 2009

Tanahku

Langit hari ini, semendung hatiku. Deru mesin kendaraan bermotor yang biasanya begitu kunikmati, kini terasa sangat mengganggu. Belum lagi, udara yang terasa begitu sesak oleh sampah - sampah knalpot mereka. Hitam... bau... batuk - batuk.........!

Aku butuh kosong... butuh tenang.... butuh sunyi.... ke mana aku harus mencarinya? Kota kelahiran semasa aku masih bermain betengan yang dulu begitu bersahabat, kini benar - benar berubah. Gedung - gedung megah di mana - mana, lampu jalanan juga semakin semarak di malam hari, tak beda dengan keadaan ibu kota seperti yang kulihat di televisi.

Aku belum mengenal betul seperti apa ibu kota. Sekali pun, aku juga belum pernah menginjakkan kaki di sana.
"Jangan Nduk, jangan di Jakarta...", terekam betul wanti2 bapak saat sebuah perusahaan di sana memanggilku untuk sebuah interview kerja.

Beberapa rekan yang hingga kini bertahan dan mengadu nasib di sana, sedikit banyak memberiku gambaran, apa dan siapa Jakarta. Bukan hanya Monas, Ancol, Taman Mini.... dan tempat - tempat hiburan lainnya yang begitu sering aku impikan sewaktu masih kecil.

"Banyak kemunafikan di sana..., tak ada kawan dan lawan.. kalo bisa semua sama..."

"Pagi - pagi mu disambut dengan bau2an sedap dari got - got depan kontrakan yang meluber.."

"Tak usah tanya... berapa lama kau habiskan waktumu di jalan, di tengah kemacetan ibu kota...."

Masih banyak serangkai kisah yang mereka bagikan untukku. Dan sepertinya ber-inti satu... "Gak perlu jauh2 ke Jakarta...."

Tak ada yang mengingkari, begitu mudahnya mencari pundi - pundi emas di sana. Lahan begitu terbuka, bagi mereka yang mau berusaha walau hanya bermodal sedikit ilmu.
Beberapa sesepuh pun bilang, "Jadi pengamen dan pengemis di sana, dah bisa hidup berkecukupan kok!"

Ah.. Jakarta... Jakarta.... kau benar - benar begitu sering membuatku bertanya - tanya.
Apa yang sebenarnya kau miliki, hingga begitu banyak pemuda - pemuda yang rela meninggalkan desanya untuk mengadu nasib bersamamu. Apa yang kau janjikan pada mereka, hingga mereka rela menempuh ratusan, ribuan, bahkan jutaan kilometer untuk meraihmu. Sekalipun harus direwangi menahan kerinduan, karna terpisah jarak dengan keluarga & orang - orang yang mereka sayangi....

Kau nyaris memonopoli semuanya ibu kota. Apa karna itu... lantas kau disebut ibu kota? Semua terpusat padamu.... Coba, apa yang tak kau punya? Semua bisa kau berikan..layani..dan tawarkan... Tak tertinggal, kebahagiaan dan penderitaan yang juga berjalan seiring dan seimbang di kehidupanmu. Baiklah... kau punya semuanya......

Perubahan, sepertinya memanglah bagian dari kehidupan. Tanah kelahiran yang membentang di hadapanku kini pun, sepertinya mulai menggeliat dan terus bergerak. Usia yang mendewasa, membuatku tak bisa menemukan kampung halamanku yang dulu nyaris seperti kota mati. Tanahku kini riang, tanahku berwarna - warni... tanahku penuh polusi.... tanahku bising......
Ah..aku berharap jangan sampai tanahku mengalami sakit "macet" seperti yang diderita ibu kota. Walau kutahu jelas, beberapa kawan sepermainanku, telah pamer dan adu motor - motor baru milik mereka. Bodohnya, aku pun seakan tak mau ketinggalan.

Kini hanya bisa berimajinasi... tentang apa yang kira - kira akan terjadi pada tanahku ini, 3 hingga 5 tahun lagi....


- repost, demi tanahku yg terus menggeliat -

T_T

"Maaf, jika akhirnya aku menangis........ lagi......"