Senin, 29 September 2014

Keberkahan Harta

Seseorang datang kepada Imam Syafi’i mengadukan tentang kesempitan hidup yang ia alami. Dia memberi tahukan bahwa ia bekerja sebagai orang upahan dengan gaji 5 dirham. Dan gaji itu tidak mencukupinya.Namun anehnya, Imam Syafi’i justru menyuruh dia untuk menemui orang yang mengupahnya supaya mengurangi gajinya menjadi 4 dirham. Orang itu pergi melaksanakan perintah Imam Syafi’i sekalipun ia tidak paham apa maksud dari perintah itu. 
Setelah berlalu beberapa lama orang itu datang lagi kepada Imam Syafi’i mengadukan tentang kehidupannya yang tidak ada kemajuan. Lalu Imam Syafi’i memerintahkannya untuk kembali menemui orang yang mengupahnya dan minta untuk mengurangi lagi gajinya menjadi 3 dirham. Orang itupun pergi melaksanakan anjuran Imam Syafi’i dengan perasaan sangat heran.
Setelah berlalu sekian hari orang itu kembali lagi menemui Imam Syafi’i dan berterima kasih atas nasehatnya. Ia menceritakan bahwa uang 3 dirham justru bisa menutupi seluruh kebutuhan hidupnya, bahkan hidupnya menjadi lapang. Ia menanyakan apa rahasia di balik itu semua?
Imam Syafi’i menjelaskan bahwa pekerjaan yang ia jalani itu tidak berhak mendapatkan upah lebih dari 3 dirham. Dan kelebihan 2 dirham itu telah mencabut keberkahan harta yang ia miliki ketika tercambur dengannya. 
Lalu Imam Syafi’i membacakan sebuah sya’ir:
جمع الحرام على الحلال ليكثره
دخل الحرام على الحلال فبعثره
Dia kumpulkan yang haram dengan yang halal supaya ia menjadi banyak. Yang haram pun masuk ke dalam yang halal lalu ia merusaknya.
Barangkali kisah ini bisa menjadi pelajaran yang sangat berharga bagi kita dalam bekerja. Jangan terlalu berharap gaji besar bila pekerjaan kita hanya sederhana. Dan jangan berbangga dulu mendapatkan gaji besar, padahal etos kerja sangat lemah atau tidak seimbang dengan gaji yang diterima. Bila gaji yang kita terima tidak seimbang dengan kerja, artinya kita sudah menerima harta yang bukan hak kita. Itu semua akan menjadi penghalang keberkahan harta yang ada, dan mengakibatkan hisab yang berat di akhirat kelak.Harta yang tidak berkah akan mendatangkan permasalahan hidup yang membuat kita susah, sekalipun bertaburkan benda-benda mewah dan serba lux.

Sebuah kisah yang dibagi oleh salah seorang teman via group whatsapp di atas sungguh terasa benar - benar menampar diri saya. Jujur, saya selalu merasa bahwa apa yang saya terima saat ini (materi), rasanya tak sebanding dengan apa yang sudah saya lakukan. Saya selalu merasa kurang dalam memberi, namun nyatanya begitu banyak yang saya terima. Bukan saya ingin mengkufuri nikmat, sungguh bukan. Saya pun yakin bahwa semua itu adalah refleksi nyata akan rahmat dan kasih sayang Alloh kepada saya dan keluarga. Dan hal itu pulalah yang mungkin membuat saya terlihat begitu naif di depan banyak rekan. Tanpa ragu, saya selalu berusaha semampu saya untuk membantu kegiatan - kegiatan di luar tugas utama di tempat kerja. Mungkin ada saja yang menilai bahwa saya ini sok sibuk, sok peduli, sok aktif, hehehe... Tak mengapa. Sekali lagi jujur, semua itu saya lakukan karena saya takut. Saya takut apa yang saya terima kurang keberkahannya karena ketidakseimbangan dengan kontribusi yang sudah saya berikan. Saya takut jika ada hak yang seharusnya bukan milik saya namun ikut saya rasakan. Saya takut, sungguh takut jika ada yang haram di dalam yang halal yang sudah diperjuangkan dan akhirnya ikut merusak semuanya. Astaghfirulloh...astaghfirulloh...astahfirullohaldzhim... Semoga kita semua terhindar dari ketidakberkahan rizqi.