Sabtu, 08 Oktober 2011

08 Oktober 2011

Cukup lama kutekuri gundukan tanah kering di depanku. Panasnya cuaca karena musim kemarau, semakin menambah nuansa kering di tengah hari itu.Tanah yang kuingat jelas berwarna merah 5 tahun lalu, kini tlah banyak bercampur batu dan kerikil – kerikil kecil. Kuingat – ingat lagi, kapan terakhir aku mengunjungi tempat itu. Seminggu yang lalu? Sebulan? Tiga bulan? Ah.. saking seringnya, hingga aku sama sekali tak mampu mengingat, kapan terakhir kali menaburkan bunga mawar di atasnya.
Semenit….Dua menit….hingga 10 menit berselang, tak ada doa maupun lafadz – lafadz Illahi yang mengalir dari lisanku. Aku masih begitu asyik menikmati perenunganku, sambil sesekali mencoba menggelar adegan latar yang kulakonkan sendiri. Siang itu, rasanya begitu mudah menghadirkan sosok lelaki hebat yang sangat kucintai dalam hidupku itu. Walau hanya dalam bayang – bayang imajinasiku, ia seakan begitu nyata. Teduh suaranya, lembut belainya, wangi tubuhnya, dan segala tentang dirinya,membuatku semakin hanyut dan sejenak lupa tentang kapan dan di mana aku berada.
Tak terasa, sudah 5 tahun berlalu sejak kepergian lelaki sederhana nan penuh canda tawa itu. Rasanya tak perlu lagi kuceritakan, bagaimana rindu dan air mata ini slalu membuncah dan mengalir untuknya. Sama sekali tak ada maksud hatiku, untuk membuka dan kembali bernostalgi degan segala kisah dan kenang tentang dirinya. Namun di saat – saat seperti ini, sungguh tak mampu kucegah hatiku untuk sekedar menyapa dan tersenyum pada rangkaian kisah yang pernah ada. Saat – saat di mana, Allah memberi hadiah yang begitu indah di 23 tahun hidupku.
Ah.. Bapak… gadismu yang manja dan dulu begitu nakal, ingin mengabarkan sebuah berita bahagia untukmu. Seorang lelaki sederhana nan bersahaja sepertimu, telah memenangkan hatiku. Tapi kau tak perlu cemburu, Pak… Karena Ia sangat cerewet, sama sepertimu. Ia begitu perhatian, serupa sosokmu. Tentu ia juga cerdas dan pandai, seperti dirimu. Dan insyaAllah yang paling utama, ia adalah sosok lelaki solih yang kelak akan selalu membimbingku, berjuang, dan sejalan dalam iman.
Bapak… sungguh tak ada maksud hatiku untuk membuatmu cemburu. Aku masih ingat bagaimana sewot dan sebal rautmu, saat beberapa kali aku berceloteh riang tentang sahabat – sahabat lelakiku semasa masih kanak – kanak dulu. Aku sangat tahu bahwa kau tak ingin, ada lelaki yang lebih spesial di hatiku selain dirimu. Tapi beberapa saat lagi,pak… ketika kedewasaan telah menyapaku, izinkan putri kecilmu ini, untuk memutuskan & melabuhkan hati pada imam pilihannya. Beberapa jam lagi pak… walau tanpa kehadiranmu, ikhlaskanlah seorang wali hakim yang mengambil wewenang untuk menikahkan putrimu ini. Aku berjanji, rasa sayang itu tak akan pernah berubah. Kau tetap lelaki & ayah terhebat yang memiliki tempat tersendiri di hatiku. Dan bersamanya, Pak… kuingin menjadi pribadi yang jauh lebih baik & solihah, hingga terus bisa mengiringi perjalananmu dengan doa – doaku.

Malam ini, di ruang yang telah berhias bunga – bunga wangi nan cantik ini, di tengah sedu sedan dan air mata bahagia bercampur rindu, kumantabkan hati dalam sebuah harap dan doa, Ya Rabbanaa… persatukanlah aku kelak, dengan mereka yang kucintai, di Jannah-Mu…… aamiin….