Rabu, 16 Juni 2010

-muhasabah-

Menjadi tua, bukanlah keinginan setiap orang. Dan kita tidak bisa memilih untuk bertahan menjadi muda lebih lama, karna perjalanan usia jelaslah sesuatu yang pasti.
Lalu bagaimana dengan kedewasaan? Adakah dia berjalan seiring dengan me-nuanya usia? Bisakah seseorang yang terlihat sudah tua, dibilang pula bahwa dia t'lah dewasa?

Teringatku akan seorang sahabat, yang sempat menemaniku melewati kehidupan di kota orang beberapa waktu lamanya. Dia masih muda, sangatlah muda. Terpaut beberapa tahun usianya dariku. Hari - hari pun kami lewati bersama layaknya remaja putri lain yang (katanya) beranjak dewasa. Namun entah, sejauh yang kurasakan berada satu atap dengannya, selalu ada saja dari dirinya yang membuatku tergugah. Entah senyum keceriaannya, ketegarannya, kesabarannya dalam menghadapi setiap masalah yang datang, hingga kegigihannya saat berjuang tuk mendapatkan sesuatu yang ia inginkan. Yah.. memang tak ada manusia yang sempurna. Tapi setidaknya, dari diri sahabat kecilku itu, kutemukan secercah makna dari sebuah kedewasaan.

Dua puluh dua tahun. Bukanlah lagi usia yang pas tuk menyebut dirinya 'anak - anak' bukan? Tapi kalaupun hendak dibilang dewasa, benar sudah pantaskah? Jika masalah sepele saja, kadang menjadi bahan uring - uringan seharian. Saat sebuah kata maaf pun, masih begitu sulit terucap atau diberikan pada sejumput kesalahan. Jadi teringat lagi, pada keponakan yang masih berumur 5 tahun, yang terus - terusan menangis dan 'ngambek' berhari - hari, gara - gara sepatu yang diinginkannya tak kunjung terbeli.
Hehehe.. kok jadi merasa masih kanak - kanak kalo gitu ya? :P

Inginnya dibilang dewasa, biar bisa melakukan ini itu sesuka hati. Supaya tidak dianggap remeh dan selalu menjadi pupuk bawang dalam segala 'permainan'. Biar dipercaya dan dianggap ada dalam setiap perhelatan. Tapi apakah itu saja tujuan seseorang menjadi dewasa dalam hidupnya?
Hummm... ternyat benar... menjadi tua itu pasti.. tapi menjadi dewasa, adalah sebuah pilihan..... :)

1 komentar:

Anonim mengatakan...

karena hidup tidak hanya terpancang pada yang 22 atau yang 6, kan? namun hidup pernah ada pada yang 22 dan yang 6, untuk kemudian 30, 40, 50 ... monggo dilengkapi lagi lubang-lubangnya yang masih menganga ...