Kamis, 10 Maret 2011

STOP

"PM, pak..!"

Suatu hari nanti, jika kawan ingin berkunjung ke rumahku di kota Jember ini, dan ternyata aku tak bisa menjemput di terminal atau stasiun yang ada, dengan angkot kawan harus memilih yang ber-letter 'E' jika kawan datang dari arah terminal Tawang Alun. Dan pilihlah yang ber-letter 'K' jika kawan datang dari arah terminal Arjasa. Dan jangan lupa, ucapkan dengan lantang kata - kata di atas tadi pada bapak sopir angkot, jika kawan tak ingin terbawa hingga terminal Pakusari (arah Banyuwangi). Atau kalau mau lebih aman lagi, hubungi saja salah satu armada taxi yang ada di kotaku ini :-)
PM sendiri adalah kependekan dari Polisi Militer, ya... sebuah kantor dengan lapangan hijau cukup luas di tengahnya, yang terletak di seberang jalan besar menuju rumahku, jalan Sriwijaya.
Aku yang akhir - akhir ini memang tergabung dalam grup 'angkoters', mau tak mau harus selalu meneriakkan kata - kata itu setiap angkot sudah mulai mendekati daerah rumahku. Sempat terbersit ide nakal, bagaimana jika tiba - tiba aku berteriak "MP, pak... MP...", lalu sopir angkot bingung dan melaju terus tanpa peduli. Ideku itu akhirnya kuurungkan, membayangkan jika akibat keisenganku itu aku harus terdampar hingga terminal Pakusari :-D Aku hanya penasaran, bagaimana para sopir angkot ini seakan sudah punya kamus nama lokasi dan tidak pernah menanyakan lagi apa yang diteriakkan para penumpangnya.
"Ya mbak ? PM itu mana ya? Waduh maaf mbak, saya baru 2 bulan jadi sopir angkot...."
Intinya, tidak pernah aku temui, ada sopir angkot yang bingung menanyakan alamat.

Tiba - tiba ada keinginan hati untuk membuat daftar, nama - nama yang biasa diteriakkan penumpang angkot pada pak sopir, untuk menghentikan kendaraannya. Nama - nama tadi, biasanya adalah nama toko, bengkel, warung makan, jembatan, atau apapun yang pernah atau masih ada di sana. Kenapa aku bilang pernah, karena beberapa nama setelah aku selidiki lebih lanjut, adalah nama sebuah tempat yang sesungguhnya telah ada dari jaman dahulu kala, namun kini sudah tak tampak lagi wujudnya. Hanya karena mungkin asosiasi sopir angkot dan penumpang yang telah terlanjur mengabadikan nama itu dalam benak mereka.

Aku akan mulai dari nama - nama tempat yang biasa kulalui setiap hari, berangkat dan pulang dari kantor, dan dijadikan kata pamungkas yang diteriakkan para penumpang untuk menghentikan angkot.

1. Perhutani
Didengar dari namanya saja pasti sudah jelas, memang julukan ini adalah untuk sebuah kantor Perhutani yang ada di kotaku. Kantor yang berada diposisi 'tusuk sate' sebuah pertigaan ke arah kampus. Biasanya yang banyak berhenti di sini adalah anak sekolahan dan mahasiswa yang tidak sabar menunggu angkot jurusan kampus, dan memilih oper untuk menghemat waktu.

2. RRI
Memang nama sebuah gedung radio, yang terletak persis di pojokan sebuah perempatan. Perempatan ke kanan adalah perumahan Gunung Batu, dan perempatan ke kiri adalah perumahan Bukit Permai namanya. Yang biasanya meneriakkan nama ini adalah penumpang yang memang rumahnya di daerah sekitar sana dan siswa  - siswa SMA 1 yang berjarak kurang lebih 300 meter dari gedung RRI.


3. Kembar
Bukan karena penumpang melihat ada sepasang anak kembar melintas, tapi memang ini biasa diteriakkan setelah angkot mendekati sebuah jembatan cukup besar yang oleh masyarakat kota Jember dikenal dengan sebutan "Gladak Kembar" (Jembatan Kembar). Yang biasa turun di sini adalah para siswa SMP 11 atau para penumpang yang hendak melanjutkan perjalanannya ke arah Kebonsari (pertigaan ke selatan). Banyak juga para bapak - bapak atau ibu - ibu yang hendak belanja ke pasar Kepatihan, salah satu pasar yang cukup besar di kotaku.


4. Wahyu
Sekilas memang biasa digunakan sebagai nama orang. Tapi Wahyu yang ini, adalah nama sebuah salon yang sudah cukup lama berdiri. Pernah beberapa kali aku sengaja mengeluarkan kepalaku dari jendela angkot, untuk melihat seperti apa yang namanya salon Wahyu itu. Tapi berulang kali usahaku itu tak juga membuahkan hasil. Belakangan ini saja baru aku tahu, salon itu sepertinya memang sudah tak ada lagi. Jadi tinggal namanya saja yang masih abadi. Yang biasa berteriak "Wahyu, pak...", hampir semuanya adalah anak - anak sekolahan. Siswa SMP 12 dan SMP 1.

5. Semar
Nah, julukan ini yang hingga detik ini belum aku temukan apa maknanya. Di sekitar tempat pemberhentian itu pun tak kutemui toko atau pedagang yang menjual pernak - perning pewayangan. Lantas, Semar itu terinspirasi dari apa ya? Jika ada yang tahu, tolong kirim surat atau minimal sms aku ya... :-D
Yang aku tahu pasti, penumpang yang banyak berhenti di sini adalah para mbak - mbak yang bekerja di kompleks ruko di sekitar Matahari Plaza. Atau juga biasanya penumpang yang akan jalan - jalan atau shopping di sana.

6. Tanjung
Kalau yang satu ini, adalah nama sebuah pasar yang paling besar di kota Jember. Dan yang biasa meneriakkan nama ini, mayoritas adalah mereka yang memang berkeperluan untuk berbelanja di sana. Salah satu orang yang paling sering kulihat tak pernah absen setiap paginya, adalah Pak Bagong, bapak penjual bakso di ujung jalan Sriwijaya. Senyumnya yang ramah, membuatku tak pernah kesulitan untuk melihat dan langsung mengenalinya.

7. Al-Huda
Al-Huda adalah nama sebuah masjid yang cukup besar di kawasan jalan Gajah Mada. Walaupun letaknya di seberang jalan, tapi masyarakat memang menjadikan namanya sebagai kata pamungkas untuk mengingatkan pak sopir. Yang biasanya turun di kawasan ini datang dari beragam profesi. Mulai dari anak sekolahan (yang akan menuju daerah Gebang, dan harus oper angkot lagi), karyawan kantor perkebunan, atau penumpang - penumpang lain dengan berbagai macam kepentingan entah apa itu.

8. Pelita
Ini bukan program pembangunan yang sering disebut - sebut dalam pelajaran IPS semasa aku masih SD dan SMP dulu. Pelita adalah nama sebuah pasar yang terletak di Jl. Kertanegara. Posisinya persis berseberangan dengan gedung Telkom. Jarang sekali kutemui anak - anak sekolahan yang turun di sini (karna memang tidak ada sekolah daerah situ :-D ), biasanya lebih banyak mereka yang memang akan berbelanja atau para karyawan yang bekerja di gedung Telkom yang tinggi menjulang itu.

9. Mutiara
Nah, Mutiara ini adalah nama salah satu radio dan TV lokal yang ada di kotaku. Walaupun sekarang gedung itu sudah tidak berfungsi lagi, namun namanya biasa aku sebut untuk mengingatkan pak sopir agar menghentikan angkot yang kutumpangi. Hey..hey...aku ? Hehehe... Ya, aku. Aku sendirilah yang biasa turun di tempat ini. Tentunya setelah itu sambil mengumpulkan segenap keberanian, karena posisi 'gedung yang berwarna warni' itu, masih harus kucapai dengan menyeberangi jalanan besar yang sangat ramai ini.

Ahh.. ternyata begitu banyak yang bisa kita nikmati dan abadikan di tengah kebosanan kita pada rutinitas sehari - hari. Di jam - jam itu, orang - orang itu, hingga jalanan yang itu - itu lagi, tentu akan sangat membosankan. Dan parahnya dalam kebosanan itu justru banyak hal yang mungkin kita lewatkan. Semoga kita termasuk dalam golongan mereka yang selalu bisa memanfaatkan dan menikmati waktu, lebih - lebih tetap bisa eksis di tengah - tengah kebosanan yang mendera. Ya, semoga.... ^__^

5 komentar:

Anonim mengatakan...

alkisah, semar, iya itulah sebuah nama perwayangan dimana dulu tempat tersebut sering di gelar "konser" wayang yang begitu tenar seantoro kota jember, sayang beribu sayang, seiring perkembangan jaman, kultur dan budaya tersisihkan, miris, sangat miris sekali, disaat smauanya perbadaban telah berubah, tempat itu sekarang berubah menjadi tempat pusat perbelanjaan, ya yang pasti, minimal dengan mengetahui historycal sejarahnya, itu sudah lebih dari cukup untuk melestarikan budaya, syukur2 bisa membuat hal yang lebih dari itu.

-salam tulisan orang sotoy-
sotoy ayam, sotoy daging atau sotoy campur???

ada pun sotoy juga, karana membaca tulisan ini samapi bertemu tanda titik........

Sugesti "mbemz" Nuraini Putranti mengatakan...

wah, terima kasih mr.sotoy, untuk komennya yg pertama kali ^_^

sotoy ayamnya 1 dunk.... :D

Anonim mengatakan...

maaf tidak jual soto ayam, warung nasi rawon nguling begitulah yang tertulis pada papan baliho yang membentang dari ujung ke ujung.

note *(
sotoy kali nih orang, masak pesan soto di warung rawon??? (alamak keceplosaaan)

fathur mengatakan...

ada banyak istilah bagi abang-abang angkot di jember, salah satunya
Alon-alon
Sentot
Kartini
dan banyak lagi bu ge


aku baru tau sejarahnya semar tu tempat konsernya wayang,,, thanks infonya

mblank mengatakan...

suatu saat roda dua ku akan mengantarku ke kota mu.. insyaAllah.. smoga... :)