Rabu, 25 Maret 2009

Dwiwulan I

Tak terasa dua bulan telah berlalu. Walau kusadari jalan itu masih terbentang begitu panjang, tapi mimpi dan angan yang tlah lama kurangkai dan masih tersimpan jauh di dalam hati, perlahan namun pasti melambai memanggilku. Ingin berlari rasanya, namun aku takut ada yang tertinggal. Detik - detik itu tlah turut menyertai semedi panjangku. Dalam doa, peluh, dan air mata.
Ladang ini, baru saja disuburkan tanahnya. Tinggal kini, bisakah aku mengolah, menjaga dan melindunginya dari hama, hingga tiba saat indah untuk menyemai nanti.
Ibu selalu bilang, jangan pernah takut untuk memilih. Dan beranilah dengan setiap resiko yang memboncenginya. Tak akan ada senyum jika tak lahir air mata. Itu yang selalu membuatku berdiri tegak hadapi semuanya.

Waktu yang mungkin terlalu singkat untuk membuat sebuah kesimpulan, tlah mampu sedikit membuka mata dan hatiku. Semua tak seperti teorinya. Palsu, kejam, dan penuh kebohongan. Dilema pasti, saat harus memilih berdiri dan bersandar di mana? Lebih - lebih saat sering terdengar suara - suara dari sekitar yang melemahkan. "Wajar, sekarang masih idealis. Tapi arus itu terlalu deras untuk dilawan. Hanya ada dua pilihan, hanyut... atau tenggelam..."

Sungguh, babak ini baru saja dimulai. Tapi serta merta pula aku langsung dihadapkan pada fragmen - fragmen yang tidak aku harapkan. Benarkah jalannya manusia itu, terkadang harus sedikit berliku, berbelok, bahkan menanjak curam? Hidup jadi tidak 'berasa', saat semuanya mempeng dan lurus - lurus saja. Sah kah?

Senin besok evaluasi dwiwulan yang pertama, moga semua berjalan lancar dan sesuai dengan semua perjuangan selama 2 bulan terakhir.
Dan sepertinya saran dari seseorang untuk sekali - kali 'bolos' biar hasilnya gak terlalu bagus perlu dicoba juga! Hehehehe.....

1 komentar:

Anonim mengatakan...

tetep semangka! salutz!