Selasa, 27 Januari 2009

-Pelangi-

Umi...
kenapa kembali kutemui air mengalir di pipimu?
Bukankah aku tak lagi merengek minta kau susui?

Umi...
pagi ini kutemui kau menangis lagi
Bolehkah kutebak penyebabnya?
Pasti karna abi yang tak kunjung pulang...

Tenanglah umi...
bukankah abi pamit pergi hanya sebentar saja?
"Abi akan menjemput hujan dan membawa pelangi untukmu, nak.."
begitu jawabnya, saat kutanya hendak ke mana
Aku hanya diam, walau fikirku berkecamuk
saat kutahu abi selipkan sebilah pisau di balik bajunya

Umi...
sore ini aku bermain dengan Hasan
Bersama mobil - mobilan bututku,
mainan bekas abang, yang dipoles tangan ajaib abi

Tiba - tiba saja, suara yang begitu bising memekakkan telingaku
Asap yang biasa kutemui dari balik dapurmu,
memenuhi langit sore itu....
Semua tetangga kita ribut berteriak dan berlari
"Allahu Akbar.. Allahu Akbar!"
hanya itu yang aku dengar berulang kali

Aku sempat melihat benda - benda kecil serupa besi berserakan,
saat seorang paman tak kukenal tiba - tiba menggendongku sambil berujar,
"Hati - hati, nak... itu peluru.."
Sekali lagi aku hanya bisa berteriak dalam hati,
"Ada apa ini ? "

Kenapa aku tak diizinkan terus balapan mobil dengan Hasan, Umi?
Kenapa aku harus pula dipisahkan dengan mobil - mobilan kesayanganku?
Bahkan Hasan pun, tak mau lagi main denganku
Terakhir kulihat, ia tertidur... tidur sangat lelap & tak mau membuka matanya...
walau tlah berulang kali kupanggil dan bangunkan ia....

Apa aku terlalu nakal, Umi?
hingga semua menjauhiku...
Abi yang tak kunjung datang, karna menjemput pelangi,
hingga kau pun yang kini ikut - ikutan terdiam, tanpa gerak dan suara.....

Ayo bangun, Umi.....
sekalipun kubenci melihat air matamu,
tapi slalu kurindu pelangi yang hadir di balik wajah & senyummu setelah itu...
Kehangatan yang slalu kau coba hadirkan di balik getir dan nanar hatimu

Ah.... kau tetap tak mau membuka matamu, Umi....
teriak dan tangisku pun, tak kan membuatmu terjaga
Lantas....
pada siapa kini harus kucari pelangi ?


2 komentar:

Anonim mengatakan...

pelangi itu tinggal sebaris
berganti cerah mentari

mereka boleh saja ambil abi dan hasan
mereka bisa saja memaksa umi meneteskan air mata darah

tapi tidak bagiku...
semangatku tak kan pernah mati

walau asap di bumi tercintaku semakin membumbung
rentetan senapan mesin semakin mendesing
bising jet tempur makin menderu
nyaliku tak pernah ciut
tubuhku tak pernah gentar
jiwaku tak pernah menyerah

aku yakin kemenangan akan tiba
bukan kemenangan di mata manusia angkuh
tapi kemenangan hakiki
kemenangan menurut Ilahi Rabbi...

pelangi makin indah...
di balik senyuman mentari yang cerah...

andy ardhian mengatakan...

Behh....
Keren banget puisinya....
Dahsyat.... Dahsyat....

(Eh, ngemeng2 itu puisi apa cerita ya? hehehe....)

Bener-bener tulisan yang tak terduga, bikin yang baca terdiam sesaat. Dalem pokoknya.

Dilanjut... dilanjut....