Damai. Itulah yang selalu kurasakan, saat berlama – lama menatap
wajahnya yang tenang dalam lelap. Lelaki ini, seakan selalu punya cara untuk sekedar
mencuri secuil senyum & perhatianku sekalipun dalam nyenyak tidurnya. Entah
itu dengan dengkur lembutnya, wajah polos yang jadi begitu kekanak – kanakan,
hingga aroma tubuh yang selalu kurindukan.
Saat – saat seperti itu, lantun syukur seolah tak akan bosan aku
sampaikan pada Rabb-ku. Untuk setiap hembus dan detik kebahagiaan yang telah
menaungi pernikahan kami yang sudah berjalan 8 bulan ini. Dan tentunya satu lagi, untuk amanah
terindah yang dianugerahkan Allah dalam kehidupanku sebagai seorang wanita. Ya,
di 8 bulan
pernikahan kami, Allah telah mempercayakan sebuah jiwa baru untuk tumbuh dan berkembang di rahimku.
SubhanAllah.... Ada kehidupan dalam kehidupan. Sesuatu yang sebelumnya sudah
pernah terbersit di benakku. Namun tak kusangka, keajaiban & keistimewaan
menjalani proses kehamilan ternyata lebih indah dari yang kubayangkan.
InsyaAllah tak lama lagi, kami akan menjadi
orang tua. Seorang ayah dan seorang ibu. Sebuah status baru yang tentunya
menuntut tanggung jawab lebih besar. Sungguh masih kemarin rasanya, di mana
saat sebuah status sebagai seorang istri, diamanahkan kepadaku.Dan rasanya
masih ingin tersenyum – senyum sendiri tatkala memutar kembali masa – masa ketika
kami berdua baru saja menikah. Rasa canggung, malu, bercampur bahagia yang selalu
mewarnai hari – hari kami. Benar saja jika Imam Al - Hakim mencatat bahwa Rasulullah pernah bersabda, tidak ada yang lebih indah bagi dua insan yang saling mencintai, selain pernikahan.
Dan kamipun telah membuktikannya. Mulai dari bagaimana kami harus membiasakan
diri untuk saling memanggil dengan sebutan sayang. Hingga mencoba untuk tak
selalu terkejut tatkala mendapati seseorang yang asing ikut terlelap di tempat
tidur yang sama denganku. J
Namun bagaimana jika kebersamaan dalam sebuah
pernikahan tadi, ternyata harus dibatasi oleh jarak dan waktu ? Sebuah kondisi
di mana seorang suami harus tinggal terpisah dengan istrinya, dan pulang hanya
di waktu – waktu tertentu. Ya, dan kami harus menerima kenyataan bahwa itulah
yang kami jalani hingga detik ini. Masing – masing dari kami, memiliki sebuah alasan
& kondisi yang belum memungkinkan untuk bersatu dan tinggal bersama setiap
hari. Jika ditanya bagaimana rasanya,huumm…. Mulai dari ketergantungan akan
ponsel setiap hari untuk berkomunikasi, playlist winamp yang dipenuhi lagu –
lagu rindu, hingga adegan telenovela yang selalu tergelar di setiap perjumpaan
dan perpisahan :D
Yah..kalo bisa memilih, tentu saja kami ingin dekat. Pasutri mana yang betah berjauh – jauhan, terlebih saat segala kemesraan & kebersamaan telah menjadi sesuatu yang halal dan mendatangkan pahala. Dan bukankah disitu pula lah esensi dari sebuah pernikahan? Yakni kebersamaan, pengabdian, dan pengorbanan. Tentu saja aku ingin selalu bisa menjadi orang pertama yang mengusap peluhnya selepas penat & lelahnya dunia menyapa, menjadi orang yang selalu tersenyum dan hadir di sisinya dalam setiap kondisi, dan memastikan ia untuk selalu bisa beristirahat dengan nyaman & tersenyum dalam lelap.
Dan dari perjalanan kami hingga hari ini, bukan
berarti kami tidak berikhtiar sama sekali untuk bisa dekat. Terlebih insyaAllah
tak lama lagi, seorang malaikat kecil akan hadir mengisi & mewarnai hari –
hari kami. Tetapi mungkin Allah masih memiliki rencana lain yang jauh lebih
indah dari yang kami kira & harapkan. Terlepas dari semua perjuangan &
air mata yang mengiringi langkah kami, tentu saja kami harus tetap bersyukur
& tak sepantasnya terus menerus bertanya “mengapa”. InsyaAllah pelangi itu
akan segera hadir. Melengkapi kedamaian, yang satu – persatu telah Allah
titipkan.
……..Kuakhiri perenungan ini, dengan meletakkan
sebuah kecupan kecil di kening lelakiku yang masih tenang dalam lelap. “Terima
kasih untuk setiap senyum & kebahagiaan yang telah kau berikan, sayang…. Terlebih
untuk sebuah anugerah yang membuatku merasa, akan menjadi wanita yang seutuhnya….
Aku
mencintaimu, suamiku……”
1 komentar:
ayah pulang :)
Posting Komentar