Jumat, 16 April 2010

^__^


Pernah membayangkan, kita mengidap sebuah penyakit di mana dunia seakan hanya berhias hitam dan putih ? Tak ada warna, tak ada irama, semua berlalu begitu saja. Satu sama lain tak peduli, bahkan mungkin memendam iri dengki. Asal milikku beres, selama urusanku selesai dan tuntas, masa bodoh tentang toleransi.
Penyakit yang sebetulnya sangat sederhana, namun siapa sangka jika dipelihara dapat memicu ketegangan yang siapapun pasti tak mengharapkannya. Siapakah dia?

Virus yang lumayan mewabah itu adalah... semakin sulitnya bibir ini menyungging sebuah senyuman. Mengapa saya mengatakan virus, karna memang sifatnya yang menular dan tak kan mampu dihindari oleh mereka - mereka yang antibodi (baca : antihati)nya kurang bagus. Sebenarnya darimana kita bisa selalu memproduksi sang senyum ini ? Apakah cukup dengan menarik bibir ke kanan dan kiri secara simetris? Kalo saya boleh menganalisa dengan keterbatasan dan kesederhanaan saya, sebuah senyum nan indah itu bisa terlahir cukup dengan berbahan bakar hati yang ikhlas saja. Ya.. semuanya akan terasa lebih ringan saat dimulai dari hati yang legowo. Tanpa tendensi apapun, tanpa mengharap ini itu, murni berjudul ketulusan. Jika ini sudah bisa kita miliki dan terapkan dalam tiap langkah, dijamin... yang namanya muka masam dan kecut akan lari terbirit - birit menjauhi kita.

Kenapa senyum? Karna sekalipun begitu kecil dan sederhana, sebuah senyuman terbukti memiliki kekuatan yang luar biasa. Keindahannya mampu luluhkan segumpal amarah dan emosi. Coba bayangkan, betapa damai dan indahnya dunia, jika kita bisa menanamkan sebuah senyuman di setiap penyelesaian segala permasalahan. Tak selalu harus diakhiri dengan pertikaian dan kekerasan bukan? Dengan senyuman pula, terbukti segala keruwetan berfikir bisa teratasi. Tubuh yang lelah karena rutinitas yang mungkin membosankan, jelas perlu sedikit peregangan. Otak yang dipaksa terus menerus berfikir, juga pasti mengalami kelelahan. Sedikit rileks dengan tersenyum, biasanya simpul - simpul keruwetan akan terurai dan kita bisa berfikir lebih jernih. Mungkin ini juga alasan, mengapa senyum dikatakan sebagai salah satu obat dan olahraga yang menyehatkan.

Suatu hal penting dari senyuman, yang hingga detik ini juga masih membuat saya terus tersenyum adalah, keberadaannya yang merupakan bukti nyata kehadiran mereka yang terkasih dan berarti bagi kehidupan kita. Senyuman ibunda contoh nyatanya, selalu menjadi inspirasi dan pembakar semangat yang tak pernah tak saya rindukan, ketika saya jauh darinya. Mungkin sama halnya dengan mbak - mbak, mas - mas, kita, dan pembaca semua. Bahwa seukir senyum di wajah indah orang - orang yang terkasih, selaksa pelangi yang hapus air mata langit dan menggores keanggunan di dindingnya.
Maka dari itu, tersenyumlah........... ^_^

2 komentar:

fjr mengatakan...

^.^

Anonim mengatakan...

nice post :-)